Bagaimana Nestlé Membuat Anak-Anak Kecanduan Gula di Negara-Negara Berpendapatan Rendah

Bagaimana Nestlé Membuat Anak-Anak Kecanduan Gula di Negara-Negara Berpendapatan Rendah

Nestlé, merek makanan bayi terkemuka, berada di bawah sorotan atas strategi pemasarannya yang menargetkan negara berpendapatan rendah dengan produk yang mengandung gula tambahan tinggi. Dibandingkan dengan Swiss, dimana produk serupa ditawarkan tanpa gula tambahan, investigasi yang dilakukan oleh Public Eye dan IBFAN membongkar pendekatan Nestlé yang kontroversial. Menggunakan influencer dan berbagai strategi lain, Nestlé berusaha meningkatkan penjualan yang bertentangan dengan panduan nutrisi bayi WHO. Ditemukan bahwa produk seperti Cerelac dan Nido memiliki kandungan gula tambahan yang signifikan, menimbulkan risiko obesitas dan penyakit lain pada anak. Walaupun Nestlé mengaku telah mengurangi gula tambahan, masih terdapat disparitas besar antara standar produk di negara berpendapatan rendah dan tinggi.

Selengkapnya di PublicEye

Zig-Zag Susu Formula di Tengah Pandemi

Zig-Zag Susu Formula di Tengah Pandemi

Produsen susu formula di Indonesia menggencarkan iklan lewat media sosial selama pandemi. Mereka menggaet ibu-ibu melalui aneka program. Bureau Investigative Journalism menduga perusahaan-perusahaan itu melanggar kode WHO.
Oleh Syailendra Persada, Hussein Abri Dongoran dan Rosa Furneaux

Selengkapnya di interaktif.tempo.co

Pemasaran susu formula komersial selama COVID-19 di Indonesia

Pemasaran susu formula komersial selama COVID-19 di Indonesia

Pemasaran makanan bayi merupakan hambatan besar bagi pemberian ASI, yang berdampak buruk pada kesehatan ibu dan anak. Selama dekade terakhir, industri makanan bayi telah menggunakan berbagai taktik pemasaran di Indonesia, termasuk pemasaran langsung kepada ibu dan promosi produk di tempat umum serta dalam sistem perawatan kesehatan. Studi ini meneliti pemasaran susu formula komersial (CMF) dan produk pengganti ASI lainnya selama pandemi COVID-19 di Indonesia. Dengan menggunakan platform pelaporan berbasis masyarakat lokal, informasi tentang pelanggaran yang dilaporkan secara publik terhadap Kode Pemasaran Pengganti ASI dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan resolusi Sidang Umum WHO selanjutnya dikumpulkan. Ditemukan bahwa sebanyak 889 kasus pelanggaran tidak etis dalam pemasaran produk-produk tersebut dilaporkan terutama melalui media sosial dari 20 Mei hingga 31 Desember 2021. Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa pandemi COVID-19 telah memberikan lebih banyak kesempatan bagi industri makanan bayi di Indonesia untuk mencoba mengelak dari Kode secara agresif melalui strategi pemasaran online. Kegiatan pemasaran agresif ini termasuk iklan online, webinar kesehatan anak dan gizi ibu, sesi Instagram dengan para ahli, dan keterlibatan intensif tenaga kesehatan dan influencer media sosial. Selain itu, bantuan produk dan layanan vaksinasi COVID-19 umumnya digunakan untuk menciptakan citra positif industri makanan bayi, yang melanggar Kode. Oleh karena itu, sangat mendesak untuk mengatur pemasaran online susu formula dan semua produk makanan dan minuman untuk anak di bawah usia 3 tahun.

 

 

Penulis:
Irma Hidayana, Lianita Prawindarti, Nia Umar, Kusmayra Ambarwati, Fitria Rosatriani

© 2023 The Authors. Maternal & Child Nutrition published by John Wiley & Sons Ltd. doi.org/10.1111/mcn.13491

Yuk Pahami Kode Internasional Pemasaran Pengganti ASI

Yuk Pahami Kode Internasional Pemasaran Pengganti ASI

Pernahkah ibu menerima “oleh-oleh” berupa formula bayi maupun botol dot pasca kelahiran dari rumah sakit tempat ibu bersalin? Pernahkah ibu ditelepon oleh petugas telemarketing dari perusahaan formula bayi? Atau pernahkah ibu melihat buku Kesehatan Ibu dan Anak, timbangan, atau taman bermain di rumah sakit yang menyertakan dekorasi khas dan logo suatu merek formula bayi tertentu? Apabila ibu menjawab IYA. Tahukah ibu, bahwa hal-hal di atas merupakan suatu pelanggaran Kode Pemasaran Pengganti Air Susu Ibu (ASI) oleh World Health Organization (WHO), di mana formula bayi termasuk dalam salah satu dari produk Pengganti ASI (PASI).

Beberapa waktu lalu, sebuah media massa online mengupas permasalahan pemasaran formula bayi di Indonesia. Salah satunya membahas mengenai “Dosa-dosa” Etik pemasaran formula bayi. Promosi, pemasaran, dan peredaran formula bayi yang agresif dan melanggar Kode Etik membuat pemahaman masyarakat mengenai manfaat ASI dan menyusui menjadi berkurang. Persepsi bahwa selain ASI masih ada suatu produk penggantinya yang lebih baik, atau minimal sama baiknya dengan ASI menjadikan ASI dan menyusui bukan lagi menjadi pilihan utama bagi pemenuhan asupan bayi.

Selengkapnya di aimi-asi.org

Let’s Understand the International Code of Marketing for Breastmilk Substitutes

Let’s Understand the International Code of Marketing for Breastmilk Substitutes

Have you ever received “gifts” in the form of baby formula milk or a bottle of post-natal nipples from the hospital where the mother gave birth? Have you ever been called by a telemarketing officer from a baby formula company? Or have you ever seen a Mother and Child Health book, a scale, or a hospital playground that includes a distinctive decoration and logo for a particular brand of baby formula? If the mother answers YES. Did you know that the above matters are a way of the World Health Organization (WHO) Code of Marketing for Replacement of Breastmilk (ASI), in which infant formula is included in one of the products of breastmilk substitutes (PASI).

Some time ago, an online mass media discussed the problem of infant marketing formulas in Indonesia. One of them discusses the “Sins” of the baby ethical marketing formula. The formula for promoting, marketing and circulating babies is aggressive and violates the Code of Ethics reducing public understanding of the benefits of breastfeeding and breastfeeding. The perception that breast milk and breastfeeding are no longer the main choices for meeting the baby’s intake.

More details at aimi-asi.org

Merek susu formula bayi di Indonesia menggunakan Instagram sebagai media iklan secara bebas

Merek susu formula bayi di Indonesia menggunakan Instagram sebagai media iklan secara bebas

Perusahaan susu formula multinasional, seperti Nestlé dan Danone, menggunakan media sosial untuk memasarkan kepada konsumen di Asia Tenggara dengan cara yang menimbulkan kekhawatiran serius bahwa mereka mungkin melanggar pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Perusahaan telah mengubah taktik periklanan mereka selama wabah virus korona dan juga menggunakan para ibu untuk membuat materi pemasaran online, demikian ungkap Biro Jurnalisme Investigasi.

Detail lebih lanjut di thebureauinvestigates.com

Zig-Zag Susu Formula di Tengah Pandemi

Zig-Zag Susu Formula di Tengah Pandemi

Produsen susu formula di Indonesia menggencarkan iklan lewat media sosial selama pandemi. Mereka menggaet ibu-ibu melalui aneka program. Bureau Investigative Journalism menduga perusahaan-perusahaan itu melanggar kode WHO.
Oleh Syailendra Persada, Hussein Abri Dongoran dan Rosa Furneaux

Selengkapnya di interaktif.tempo.co

Produsen Susu Formula Tidak Takut pada Kode Etik Internasional

Produsen Susu Formula Tidak Takut pada Kode Etik Internasional

Pada Mei 2016, Irma Hidayana, kandidat doktor kesehatan dan perilaku di Universitas Columbia, Amerika Serikat, merilis laporan berjudul “Violations of the International Code of Marketing of Breast-milk Substitutes: Indonesia Context.” Laporan ini menyebutkan 15 persen responden dari 874 perempuan yang diwawancarainya berkata pernah mendapatkan sampel gratis susu formula dari tenaga kesehatan.

Baca selengkapnya di tirto.id

Milking It – Bagaimana Perusahaan Susu Formula Menempatkan Keuntungan Sebelum Sains

Milking It – Bagaimana Perusahaan Susu Formula Menempatkan Keuntungan Sebelum Sains

Oktober 2017

Laporan ini mewakili penyelidikan global pertama terhadap susu bayi yang dijual untuk bayi di bawah 12 bulan dari empat perusahaan terkemuka: Nestlé, Danone, Mead Johnson Nutrition dan Abbott. Laporan tersebut menganalisis lebih dari 400 produk susu formula yang dijual di 14 pasar dan perbedaan harga di antara mereka. Terlepas dari kenyataan bahwa komposisi nutrisi susu bayi diatur oleh standar global, perusahaan menjual berbagai macam produk yang memiliki nutrisi tambahan atau bahan ‘lebih baik’ atau mengklaim dapat mengatasi kondisi umum, seperti mencegah alergi atau meningkatkan kualitas tidur. atau menanggapi masalah konsumen secara umum, seperti menawarkan produk bebas GMO. Penelitian kami juga mengungkapkan perbedaan besar dalam harga formula di dalam dan antar negara. Sementara merek formula yang sama bisa berharga 17 USD di Inggris, di Cina harganya 55 USD. Hal ini menyebabkan disparitas yang besar dalam pengeluaran keluarga untuk makanan bayi; sementara di Eropa Barat orang tua menghabiskan 1-3% dari gaji rata-rata untuk memberi makan bayi, di Cina ini bisa antara 15-40%. Laporan tersebut menyimpulkan bahwa peningkatan diferensiasi produk tidak didasarkan pada sains, tetapi diinformasikan oleh penelitian yang cermat tentang preferensi konsumen, yang dipandu oleh keinginan untuk meningkatkan pangsa pasar dan keuntungan produsen.

Laporan versi Bahasa Inggris
Laporan versi Bahasa Indonesia